Radiasi Nuklir Bikin Kelahiran Bayi Laki-laki Lebih Banyak

Munich, Jenis kelamin bayi ditentukan dari kromosom yang dibawa oleh kedua orangtuanya. Tapi studi menunjukkan radiasi nuklir yang terjadi dapat membuat jumlah kelahiran bayi laki-laki lebih banyak ketimbang bayi perempuan. Mengapa demikian?

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa radiasi nuklir dari kebocoran pembangkit listrik dapat membuat kelahiran bayi perempuan lebih sedikit di seluruh dunia. Ini berarti akan membuat jumlah laki-laki akan lebih banyak ketimbang perempuan.

"Pengujian menunjukkan bahwa radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada kromosom X dalam sperma," jelas Dr Scherb Hagen, penulis studi dan biostatistician di German Research Center for Environmental Health, Munich, seperti dilansir Dailymail, Selasa (7/6/2011).

Dr Scherb menjelaskan, sel sperma manusia mengandung kromosom Y dan kromosom X, sedangkan sel telur hanya mengandung kromosom X. Sebuah kombinasi kromosom XY akan menjadikan jenis kelamin bayi laki-laki dan kombinasi XX menjadi bayi perempuan.

Ketika kromosom X pada sperma mengalami kerusakan karena radiasi nuklir, maka kemungkinan sel sperma hanya mengandung kromosom Y yang akhirnya menyebabkan kombinasi XY atau kelahiran bayi laki-laki menjadi lebih banyak.

Para ilmuwan mencatat jenis radiasi nuklir seperti bencana Chernobyl atau Fukushima tidak hanya akan mempengaruhi kelahiran di daerah tersebut, tetapi juga terjadi di seluruh dunia.

Untuk membuktikannya, ilmuwan di Helmholtz Zentrum München, Jerman, menganalisis data penduduk Amerika Serikat dan 39 negara Eropa.

Hasilnya, ada peningkatan jumlah bayi laki-laki relatif terhadap perempuan di semua negara pada tahun 1964-1975. Dan juga terjadi peningkatan di banyak negara Eropa Timur selama beberapa tahun setelah 1986 (bencana Chernobyl).

Para ilmuwan melihat lonjakan pertama terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an di mana atom radioaktif 'mengecam' atmosfer. Arus udara menangkap atom-atom tersebut dan kemudian mendistribusikannya ke seluruh dunia. Ilmuwan juga menemukan lonjakan kedua terjadi setelah bencana Chernobyl 1986 saat reaktor nuklir meledak di Ukraina.

"Kami tidak tahu berapa banyaknya radioaktivitas yang dipancarkan melalui Fukushima dan bagaimana hal itu akan menyebar ke seluruh dunia. Mungkin itu terbatas hanya di Jepang, tapi jika dibawa oleh air dan udara, mungkin kita bisa melihat efek yang sama di Pantai Barat Amerika," ujar Dr Scherb.(source)

Enhanced by Zemanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar Anda disini. Sedikit Komentar Anda Sangat Bermanfaat Untuk Kemajuan Blog In

WARNING!
JANGAN MENINGGALKAN PESAN SPAM, KARENA AKAN TERHAPUS SECARA OTOMATIS.